Dinilai Tak Sesuai Peraturan Jaksa Agung, Pengacara Asep Muhidin Soroti Kinerja Kejari Garut

WARTA PERUBAHAN MEDAN

- Redaksi

Sabtu, 10 Agustus 2024 - 19:44 WIB

6038 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Garut

Kuasa Hukum Pemohon Praperadilan Terbitnya SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan) Kasus dugaan korupsi dana Biaya Operasional Pimpinan (BOP) dan Reses Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Garut Tahun 2014-2019, Asep Muhidin, SH., MH mengundang sejumlah media di Kabupaten Garut, ke kantornya, Perum Praja Graha Indah No. 1, Jl. Cipanas, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jumat (09/08/2024).

Kepada media Asep Muhidin menegaskan, pihaknya merasa kecewa dan aneh dengan berbagai jawaban penyidik Kejaksaan Negeri Kabupaten Garut yang melakukan proses penanganan perkara dugaan korupsi Pokok-Pokok Pikiran (Pokir) Anggota DPRD Kabupaten Garut Tahun 2014-2019. Pasalnya, berdasarkan fakta-fakta di persidangan Kejari Garut banyak melakukan dugaan pelanggaran.

“Kami sebagai pemohon melihat langsung dan menilai, apa yang dilakukan pihak Kejari Garut dalam penanganan dugaan Tipikor di DPRD Garut tidak sesuai dengan Perja (Peraturan Jaksa Agung) RI No. Perja-039/A/JA/10/2010. Selain itu, kami juga menilai bahwa proses penyelidikan dan penyidikan tidak sesuai dengan KUHAP,” ujar Asep Muhidin.

Sebagai masyarakat Garut yang dikenal rajin menjalani proses Praperadilan, Asep Muhidin bahkan dengan terang-terangan Kejari Garut diduga kuat sudah membuat informasi menyesatkan atau berita Hoaks.

“Jadi begini kawan-kawan media yang saya hormati. Selama ini kita sudah tahu bahwa Kejari Garut melalui Kepala Kejaksaan Negeri Garut terdahulu yakni Dr. Neva Sari Susanti sudah melakukan penyitaan ke Gedung DPRD Kabupaten Garut sekitar 08 Agustus 2023. Kala itu, penggeledahan langsung dipimpin Kepala Seksie Pidana Khusus yakni Yosef,” ujar Asep Muhidin.

Selanjutnya, sambung Asep Muhidin, setelah melakukan penggeledahan, pihak Kejari Garut menyampaikan kepada sejumlah media, bahwa lembaganya telah melakukan penghitungan kerugian negara akibat dugaan korupsi Reses dan dana BOP DPRD Garut 2014-2019.

“Saat itu Kejari Garut memberikan informasi secara terbuka kepada media bahwa dugaan kerugian korupsi di DPRD Garut tahun 2014-2019 sebesar Rp. 1,2 Miliar. Tetapi, berdasarkan fakta persidangan Praperadilan yang kami mohonkan ke PN Garut, dua penyidik Kejari Garut yang dihadirkan sebagai saksi mengaku kesulitan menemukan dua alat bukti yang diminta BPKP untuk menghitung jumlah kerugian negara. Lalu metode apa yang dilakukan Kejari Garut sehingga berani menyebut kerugian negara hingga satu miliar lebih,” tandasnya.

Asep juga menjelaskan, berdasarkan fakta persidangan, Hakim Tunggal yang dipimpin Sandi Muhammad Alayubi, SH., MH juga menanyakan pola apa yang dilakukan pihak Kejari Garut selama ini.

“Jawaban dari penyidik katanya potensi kerugian itu muncul, setelah pihak Kejari melakukan penghitungan kasar. Namun setelah berkoordinasi dengan BPKP, bukti-bukti yang disampaikan pihak Kejari Garut dianggap masih kurang dan belum dapat menentukan jumlah kerugian negara,” ungkapnya.

Asep Muhidin yang baru-baru ini viral karena ikut tergabung sebagai Kuasa Hukum Pegi Setiawan kembali mengulas fakta di persidangan yang dilaksanakan PN Garut dengan agenda keterangan saksi, Rabu (07/08/2024). Menurutnya, saksi dari penyidik mengakui tidak bisa menemukan dokumen sebagai bukti-bukti yang diminta BPKP dikarenakan Cathering atau tempat makan yang menjual makan minum oleh DPRD Garut tidak lagi ditemukan.

Baca Juga Kapuspenkum Kejagung Harli Siregar Kirim Lima Jaksa Senior
“Lalu, selama ini. Tepatnya sejak apa yang dilakukan Kejari Garut selama melakukan penyelidikan, penyidikan bahkan sampai dengan diterbitkannya SP3 sekitar Desember 2023 kalau mencari rumah makan saja tidak mampu,” jelasnya.

Asep Muhidin menegaskan, seharusnya pihak Kejari Garut tidak perlu gengsi untuk mengakui bahwa mereka tidak mampu mengungkap dugaan Tipikor di tubuh DPRD Garut. Kejari Garut bisa meminta bantuan kepada masyarakat agar kasus ini terang benerang dan bukannya malah menerbitkan SP3, sehingga ada masyarakat yang mengajukan permohonan Praperadilan ke PN Garut.

“Pak Hakim Sandi juga sempat bertanya kepada saksi penyidik Kejari Garut, apakah Kejari bisa meminta bantuan kepada pihak lain yakni masyarakat, kalau penyidik tidak bisa menemukan bukti-bukti yang dibutuhkan. Karena saksi penyidik mengaku bahwa bantuan dari siapapun akan diterima selama bisa membantu proses penegakan hukum dan membuka tabir yang sedang dipersoalkan, maka Hakim menyampaikan persoalan Dana BOP dan Reses DPRD Garut seharusnya tidak sampai ke persidangan. Saat itu saya menyampaikan bahwa selama ini tidak ada informasi dari penyidik terkait bantuan dari masyarakat,” katanya.

Masih menurut Asep Muhidin, Kejari Garut harus mempedomani setiap aturan hukum yang berlaku, termasuk Peraturan Jaksa Agung. Dengan demikian, proses penegakan hukum bisa berjalan sempurna serta tidak membuat gaduh di masyarakat.

“Peraturan Jaksa Agung Pasal 5 sudah mengatur proses jangka waktu penyelidikan dan di Pasal 19 jangka waktu pelaporan penyidikan. Nah dalam hal ini, kami merasa heran dengan waktu proses hukum penanganan dugaan korupsi di DPRD Garut Tahun 2014-2019 sampai dengan 5 tahun, namun hasilnya tidak bisa menemukan alat bukti yang cukup. Bahkan, pihak Kejari Garut tidak bisa menemukan rumah makan yang disebut anggota dewan sering digunakan untuk menyediakan jasa makan minum selama kegiatan reses, kan aneh,” ungkapnya.

Asep Muhidin mengulas pernyataan pemohon, yakni Asep Ahmad. Saat itu pemohon mengajukan pertanyaan kepada saksi penyidik terkait perhitungan apa yang digunakan Kejari Garut ketika menentukan dugaan korupsi hingga mencapai Rp 1.3 Miliar.

“Jawaban penyidik dalam keterangannya, kalau untuk kerugian negara 1.3 Miliar itu potensi yang bisa terjadi pada kasus DPRD Garut. Yang namanya potensi disampaikan juga kepada ahli yakitu ke BPKP. Dana Mamin paling besar bisa lebih dari 20-30 juta. Saat tidak ada buktinya, maka penyidik harus mencari terlebih dahulu, seperti penyedia makan minum yang pindah atau tutup,” terang Asep.

Berdasarkan jawaban penyidik di persidangan, sambung Asep Muhidin, Hakim Sandi mempertegas pertanyaannya kepada saksi termohon, tentang potensi kerugian yang disebutkan pihak Kejaksaan itu berdasarkan apa. Apakah hanya bayangan atau sudah dilakukan perhitungan kasar saja, sehingga muncul kemungkinan kerugiannya muncul diangka sekitar Rp 1.3 Miliar.

Baca Juga Seminar Kebangsaan di Garut : Peningkatan Kesadaran Guru dalam Mendeteksi Radikalisme
“Hakim sampai mengulang sekaligus mempertegas pertanyaan klien kami sebagai pemohon, tentang metode apa yang dilakukan Kejari Garut. Saat itu penyidik mengatakan bahwa hitungan kasarnya bisa dipukul rata. Karena belum semua anggota dewan diperiksa juga, jadi dipukul ratanya seperti itu. Kali 1, kali 50 kali 5 tahun seperti itu,” katanya.

Mendapati jawaban saksi yang menyebutkan pihak Kejaksaan belum melakukan pemeriksaan kepada semua Anggota DPRD, dirinya kembali bertanya tentang disaat diterbitkannya SP3, semua anggota dewan diperiksa atau belum. “Dan ternyata saksi mengakui belum memeriksa semua anggota DPRD Garut,” ungkapnya.

Apresiasi Kejari Garut Walau Mengecewakan
Pada kesempatan itu, Asep Muhidin memberikan apresiasi kepada Kejari Garut yang telah melakukan kroscek dengan mencari semua penyedia makan yang bekerjasama dengan DPRD Garut. Namun ia kecewa saat mendengar pengakuan penyidik Kejari Garut yang menyebutkan sampai diterbitkan SP3 tidak memeriksa semua anggota dewan.

“Untuk itulah, saya mendukung masyarakat yang menyampaikan permohonan Praperadilan ke Pengadilan Garut. Karena sebelumnya, kami sudah mengendus berbagai kejanggalan dari SP3 yang diterbitkan Kejari Garut,” jelasnya.

Diakhir wawancaranya, Asep Muhidin menyampaikan pesan kepada Kejari Garut, kalau seandainya lembaga tersebut memiliki kesulitan untuk menemukan bukti-bukti yang dibutuhkan, maka pihaknya bisa membantu sesuai dengan kapasitas dan aturan yang berlaku.

“Bukti-bukti di persidangan penyidik mengaku tidak bisa menemukan dokumen yang dibutuhkan BPKP, sehingga penyidik kesulitan menghitung kerugian negara kalau data yang ada saja susah dihitung. Ini artinya, ada banyak kelemahan di Kejari Garut dan tentu kita sebagai masyarakat harus ikut membantunya. Karena lembaga Kejaksaan ini memiliki marwah yang mulia dan harus kita jaga nama baiknya, sehingga Indonesia kedepan menjadi lebih baik,” imbuhnya.

Sebagai warga masyarakat sekaligus menjadi bagian penegak hukum, Asep Muhidin mempertanyakan Kinerja Kejari Garut selama 4 tahun, tepatnya sejak tahun 2014-2019. Asep juga menyinggung Kejari Garut selama ini hanya omon-omon saja.

“Apakah Kejari Garut selama ini hanya omon-omon saja. Katanya sudah melakukan penyelidikan dan menaikkan status dugaan Tipikor Pokir, lalu berubah haluan menjadi dugaan Tipikor Dana BOP dan Reses. Kemudian menyebut ada potensi kerugian negara yang mencapai Rp. 1,2 Miliar. Namun akhirnya mengeluarkan SP3 dengan alasan kurang cukup dua alat bukti. Bahkan, selama 4 tahun ini semua saksi yang merupakan anggota DPRD Garut tidak diperiksa semuanya,” pungkasnya. (Bro)

Berita Terkait

Theo Adrianus Bersama Kadivpas Kumham Kaltim, Gandeng APH Akselerasi Arahan Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Gelar Penggeledahan serta Tes Urin WBP & Petugas Lapas Narkotika Samarinda
Dengan Kepemimpinan Nimrot Sihotang, Lapas Pancur Batu Cetak WBP yang Siap Mandiri
Resmi Dilantik Kakanwil Kemenkumham Kaltim ,Theo Adrianus Nahkodai Lapas Narkotika Kelas IIA Samarinda
Deteksi Dini, Rutan Perempuan Kelas II A Medan Razia Blok Hunian Wargabinaan
Peringatan Hari Pengayoman Ke-79 di Rutan Pangkalan Brandan, Simbol Pengabdian Menuju Indonesia Emas
Syukuran Hari Pengayoman Ke-79, Rutan Pangkalan Brandan Gelar Upacara Daring dan Pemotongan Tumpeng
Khidmadnya Upacara Peringatan Hari Pengayoman ke 79
HUT RI Ke-79 di Lapas Tangerang: Membawa Semangat untuk Masa Depan Bangsa

Berita Terkait

Rabu, 20 November 2024 - 17:56 WIB

Jauh-Jauh Datang ke Bandung, Mahasiswa FH Unila Pelajari Pembinaan Narapidana Perempuan

Rabu, 13 November 2024 - 19:49 WIB

English Club Lamoria Hadirkan Keseruan Costume Party untuk Tingkatkan Kreativitas Warga Binaan

Senin, 11 November 2024 - 19:36 WIB

Sinergi dengan TNI, POLRI dan BNN, Lapas Perempuan Bandung Gelar Razia Mendadak

Kamis, 7 November 2024 - 13:30 WIB

Jelang Pilkada 2024, KPPS Lapas Cilegon Dilantik dan Dibekali Bimbingan Teknis

Selasa, 5 November 2024 - 19:08 WIB

Kuatkan Kesehatan, Tingkatkan Harapan: Pengukuhan 27 Kader Kesehatan di Lapas Perempuan Kelas IIA Bandung

Selasa, 5 November 2024 - 18:36 WIB

Berikan Penguatan, Kalapas Perempuan Bandung Tekankan Strategi Pengamanan Bagi Petugas

Selasa, 5 November 2024 - 11:55 WIB

Amanah Dalam Bertugas, Kakanwil Lakukan Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Pejabat Non Manajerial di Lingkungan Kanwil Kemenkumham Kalteng

Sabtu, 19 Oktober 2024 - 18:54 WIB

Dir Pamintel DitjenPAS Kunjungi Lapas Perempuan Bandung, Dorong Petugas Jaga Integritas

Berita Terbaru